Friday, February 10, 2012

Parade Kerudung

Mungkin judulnya terdengar sedikit bombastis, tapi saat menuliskan ini saya masih terpingkal-pingkal membayangkan bagaimana Herr Menin teman laki-laki kami di kelas kursus, seorang keturunan yahudi asal Ukraina yang akrab kami sapa dengan panggilan Jurii, berkerudung warna pink, bermotif bunga pula!! Sayang sekali, sebelum saya sempat memotretnya dia sudah melepaskan kerudung siap pakai milik saya itu. “Ogah kalau dipotret pakai kerudung”, begitu katanya. Sedangkan teman-teman perempuan tampak begitu bersemangat mematut diri dengan kerudung didepan kaca toilet dan sebagian lagi yang tidak bisa menggunakannya pasrah didandani kerudung ala wanita berjilbab oleh teman-teman lainnya, daan..… action !! Maka jadilah foto-foto ini :)

Ceritanya bermula saat tiba waktunya bagi saya untuk memulai kursus bahasa Jerman lewat program “Integration Course” awal Oktober tahun 2009. Aktivitas baru ini lumayan menyita waktu karena dilakukan 4 hari dalam seminggu, setiap Selasa s.d Jum’at pk. 09.00 – 13.15. Praktis waktu yang benar-benar luang buat diri sendiri hanya setiap hari senin saja (sabtu-minggu adalah waktu buat keluarga) atau pada saat anak-anak sekolah mendapatkan liburan panjang dari sekolahnya.

Hari pertama kursus dimulai, chemistry-nya mulai terasa, orang-orangnya friendly dan welcome sekali. Di kelas kami terdapat 12 orang peserta, 3 laki-laki dan 9 perempuan, usianya berkisar antara 25 – 43 tahun dan berasal dari Rusia, Ukraina, Moldavia, Eslandia, Irak, Turki dan saya sendiri, Indonesia. Peserta muslim hanya ada 2 orang, saya dan teman laki-laki asal Irak, otomatis yang berkerudung hanya saya sendiri, yang lama kelamaan kemudian jadi menimbulkan rasa penasaran teman-teman sekelas dan bertanya “Rambutmu warnanya apa? Seberapa panjang?“ hehee… Mau tau aje !
Namun meskipun berbeda-beda asal negara dan latar belakang begitu, kelas kami cukup kompak, heboh, dinamis dan bahkan keakraban itu bagi para teman perempuan berlanjut diluar acara kursus,
Pernah salah seorang teman baik saya di kelas, Lyubov, seorang perempuan yang sangat cerdas dan dahulu berprofesi sebagai sutradara teater di Moscow namun kini di Jerman dia harus cukup berpuas diri menjadi ibu rumah tangga dengan 3 anak, berkata pada saya “Irna, du bist eine schöne Frau (Irna, kamu seorang perempuan yang cantik (katanya lhoo...prikitiw :)), dan kamu sekarang tinggal di Jerman, sesuaikanlah gaya hidup kamu dengan tata cara disini…bukalah kerudungmu, dan kalau kamu pulang ke Indonesia kamu bisa pakai kembali kerudungmu dan bla..bla..bla…” Saya hanya menanggapinya dengan manggut-manggut dan senyum-senyum, masukan merekapun hanya numpang lewat, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri hehee… tapi saya sempat menjelaskan pada mereka bahwa masalah kerudung ini sudah menjadi keputusan penting dalam hidup saya sejak pertengahan tahun 2006 lalu dan mudah—mudahan saya bisa selalu konsisten. Insya Allah. Alhamdulillah, sejauh ini mereka tetap menghargai prinsip saya dan hubungan kami tetap terjalin baik.

Ngomong-ngomong tentang keakraban kami diluar kursus, saya jadi ingat, waktu itu kami para perempuannya pernah membuat janji untuk makan malam bersama di sebuah restoran Libanon di Dresden, tanpa membawa anak masing-masing tentunya :)) Sebetulnya acara ini dilakukan lebih karena kami semua penasaran ingin menyaksikan rame-rame “tarian perut” di restoran tersebut yang direkomendasikan oleh guru kursus kami dibandingkan mencoba makanannya hehee…
Saat makan malam tiba dan kami telah berkumpul, saya pun melihat bagaimana teman-teman Rusia dan Ukraina itu mengenakan gaun malam dan pakaian kasual dengan belahan dada sangat rendah yang membuatnya tampak “tumpah ruah” hihii.. sementara saya tetap setia dengan kemeja lengan panjang dan pullover serta jeans dan tentu saja kerudung! Penampilan yang sebetulnya tidak mereka harapkan :p karena mereka “ingin melihat Frau Fauline yang berbeda malam ini” katanya.

Malam itu untuk pertamakalinya pula mereka menyadari bahwa dalam seumur hidup saya, saya belum pernah (dengan sengaja) meminum alkohol. Mereka pikir selama ini saya hanya “menjauhi” alkohol demi menjaga kesehatan semata, karena saya selalu bilang “ohne/keine alkohol” (tanpa alkohol) kalau ditanya minuman apa yang paling saya gemari. Padahal dalam kenyataannya, saya memang belum pernah meminum alkohol dalam arti sebenarnya. Saat itu teman-teman memesan “Rotwein” (redwine) dan “Weisswein” (white wine), sedangkan saya cukup minum Grüner tee alias teh hijau saja hehee..

Menginjak bulan ke-4 di tempat kursus, rasa penasaran dan pertanyaan mereka belum juga hilang, malah semakin bertambah dan sengaja didiskusikan didalam jam pelajaran dengan guru kursus kami saat terdapat materi yang sedikit relevan dengan “rambut” :))
Sekalipun pada suatu kesempatan yang sesuai dengan pembahasan dalam modul kursus di kelas, saya pernah menunjukkan kepada teman-teman foto saat pernikahan saya dan suami, juga potongan kecil foto wisuda saya (yang sebelumnya tersimpan dalam dompet suami :) serta foto-foto keluarga selama di Indonesia saat saya belum berjilbab, namun semuanya itu belum juga memuaskan rasa penasaran mereka. Teman – teman suka bilang, “Irna, bitte kommst du ein mal ohne Koptuch zum Unterricht!” (Irna, datanglah sekali saja ke kursus tanpa jilbab, please!“ hehee... No away!!
Saya sampai kehabisan alasan untuk bersilat lidah agar diterima lebih rasional dengan alam pikiran mereka yang non Islam…. Tapi biasanya pembahasan itu selalu berujung dengan ketawa-ketiwi kami dan saling melempar ‘joke’ segar. Indahnyaa dunia ini... penuh warna!!

Sampai suatu ketika guru kursus kami Frau Kretschmer, seorang Naturalist, berusia 35 tahun, a lovely and wise woman, menyarankan dan berkata dalam kelas pada saya di hadapan semua teman-teman „Frau Fauline, bagaimana kalau suatu hari anda membawa koleksi kerudung anda ke kelas ini dan kita semua bisa mencoba mengenakan kerudung itu bersama-sama?“
Teman-teman kelas langsung setuju dan bilang „Jaaa!“. Saran yang bijak namun agak konyol menurut saya, tapi dengan cepat langsung saya jawab „Warum nicht?“ (mengapa tidak??)

Dan inilah hari yang dimaksud itu, minggu lalu akhirnya tersampaikan juga deh kami semua berkerudung bersama-sama. Teman – teman kelas dengan antusias memilih kerudung-kerudung yang sengaja telah saya bawa dan disiapkan dari rumah. Para Frauen mencoba kerudung dengan berbagai gaya dan warna di kepala, sedangkan teman laki-laki menyulapnya menjadi dasi. Kesempatan langka ini pun tak lupa saya abadikan dalam foto, kelas menjadi ramai mirip suasana di toko penjual kerudung, hebohh !!
Sayangnya 4 orang teman lain di kelas kami berhalangan hadir hari itu karena sakit, maklumlah cuacanya masih dalam transisi pergantian ke musim semi sehingga banyak yang rentan sakit, padahal yang tidak hadir itu 2 orang diantaranya adalah „bintang kejora“ di kelas kami, karena cantiiik !!
Namun begitu, hal itu tetap tidak mengurangi rasa antusias dan kehebohan para Frauen yang ada untuk mencoba-coba bergaya dan mematut diri dengan nuansa lain di depan cermin dalam parade kerudung... :))


Dresden, 28 Maret 2010 (Cerita lama dari Note FB yang baru diposting disini  :)

Rame-rame pose depan Euro SchulenCeriaa.!!..With Frau Kretschmer, our lovely German teacherRame-rame dalam kelasIrina Lyubov, yang akrab kami sapa Luba, bergaya dengan kerudung yang dikenakannya sendiri, jago deh :)Frau Ganzky, yang juga kreatif pasang sendiri jilbabnya :)Rima ValkenbergLuba dengan burka :)

No comments:

Post a Comment