Monday, September 9, 2013

Obrolan di Meja Makan

Tak terasa, 7 bulan sudah aku membiarkan blog ini seolah tak bernyawa... Nyawa itu mungkin masih ada karena tak dinyana  pembaca yang budiman masih mau mampir ke blog ini. Lebih setengah tahun adalah waktu yang tidak sebentar, terlalu banyak memori yang menari-nari dalam kepala namun belum sempat aku tuangkan disini karena keterbatasan tenaga dan waktu. Ada pengalaman ibadah Umrah kami selama 2 minggu penuh bulan Maret-April lalu, liburan kami ke Desden, kota cantik penuh kenangan pertama kali kami tinggal di Jerman, kemudian si bungsu yang kini punya "adik baru" seekor kura-kura yang sekarang sudah hampir 7 bulan tinggal bersama kami di rumah, juga liburan panjang summer kali ini yang menjelajah kota-kota abad pertengahan di Jerman juga Prancis, bla bla bla dan lain-lain. Sekarang pukul 05.03 pagi, teringat blog karena tak bisa tidur lagi setelah 3 jam lalu terbangun dari tidur. Agak panik tadi setelah mencoba masuk ke blog ternyata passwordku tidak berfungsi. Setelah berhasil mengganti password dan masuk blog, aku cukup kaget juga karena posting terakhir koq video yang tidak aku kenal, rupanya ada yang membajak blogku  :-(
Sekarang yang penting blog ini sudah baik-baik saja dan mungkin ada baiknya bila aku memulainya dengan cerita tentang si sulung yang kritis, yang suka bertanya-tanya hal yang menyerempet nyerempet masalah agama...

Minggu pagi sekitar 3-4 bulan lalu ketika kami sarapan bersama, teteh agak muring-muring. Dia bilang "Mama kenapa Islam itu streng?". Aku dan suami yang duduk saling berhadapan di meja makan pun bertatapan. "Memangnya kenapa teh?"  tanyaku, aku agak kuatir pertanyaan itu bukan murni dari pemikirannya, tapi mungkin sedikit banyak karena pengaruh bergaul dengan teman-teman di lingkungan sekolahnya yang notabene non muslim bahkan sebagian ada yang dibesarkan  dalam keluarga atheis. Yaah.. begini deh salah satu resiko hidup di negeri barat. Teteh pun nyerocos begini "Kita harus beten (sembahyang) 5x sehari, harus pake Koptuch (kerudung), terus gak bisa makan Arte Essen...  Kenapa semuanya gak boleh, ini itu dilarang?"
Eng ing eng... tugas orang tua untuk mulai memberikan penjelasan yang simpel, rasional tapi juga sesuai pola pikir anak 10 tahun. Dan itu tidak mudah bagi kami, karena kewajiban seorang muslimah dalam agama Islam agak susah di"rasional"kan... sebab itu memang sudah kewajiban, sebagai perintah yang tertulis dalam Al-Quran dari Sang Khalik terhadap makhluk ciptaannya.

Aku pun mencoba me"rasional-rasional"kan penjelasanku agar lebih mudah dicerna si sulung. aku perhatikan anak-anak di Jerman  bila punya pertanyaan memang akan mengejar pertanyaan itu sampai tuntas ke hal-hal yang menurut kita remeh, padahal kadang sulit juga mencari jawabannya :-p  Sistem pendidikan dasar di sekolah sini yang ikut merangsang pola pemikiran anak-anak didiknya menjadi  kritis, membuatku  sebisa mungkin harus mencari cari jawaban agar si sulung merasa pe-de dengan status muslimahnya.

Hmm.. susah juga cari jawaban spontan yang pas di meja makan saat itu. Tapi akhirnya kalimat yang meluncur dari mulutku kira-kira seperti ini "Teh, kalau perempuan sudah dewasa apalagi cantik itu bikin orang suka menatapnya kan? Mama aja suka liat perempuan cantik, apalagi laki-laki? Nah, Allah menurunkan ayatnya dalam Al-Qur'an surat An-Nisaa tapi mama lupa ayat berapa, yang isinya bahwa kita perempuan itu wajib menutup rambut kita, mengkerudungkan rambutnya juga menutupi dada, maksudnya supaya menghalangi pandangan laki-laki. Dan kalau rambut kita tidak terlihat, berarti kita kan jadi terlindungi, kalau kita terlindungi jadi kan lebih aman buat diri kita sendiri... Nah kalau kita harus beten sampe 5x sehari, itu memang perintahNya, karena Allah ingin kita sebagai manusia selalu mengingatNya. Sebagai rasa syukur karena kita sudah diberikan nikmat hidup, kesehatan, umur, dan lain-lain. Terus kalo soal Arte Essen itu dilarang, kan teteh udah tahu bahwa kita orang Islam itu dilarang makan daging babi, karena babi itu haram. Mama kuatir makanan yang ada dijual-jual itu kalau tidak dibaca dulu zutaten (isi, contain) nya ada kandungan dari pig fat juga..."

Sampai disini, si sulung hanya menganggguk-angguk saja.. dia tidak bertanya lebih lanjut tentang daging haram karena sudah kami beri penjelasan sebelumnya. Tapi kemudian malah menambahkan bernada laporan bahwa kalau dia makan di mensa (kantin) sekolahnya, dia selalu memilih makanan vegetaris. Kalaupun tak ada menu utama vegetaris, dia memilih sup yang biasanya memang dibuat berbahan sayuran saja tanpa daging. Dia juga bilang "Teteh gak mau bawa wurst ke sekolah, karena gak mau teman-teman tahu bahwa teteh sebetulnya makan daging juga.." Lantas aku menimpali "Lho, kan teteh bisa bilang sama teman-temannya bahwa teteh hanya boleh makan wurst atau daging yang halal". "Wah mama, nanti teteh susah ngejelasinnya, mereka pasti gak akan mengerti...".

Ya sudahlah... aku menyerah, yang penting anak sulungku alhamdulillah cukup kuat iman tidak tergoda bila ada menu dengan menggunakan produk daging di sekolahnya.  Meskipun sebetulnya menu makanan di mensa tersebut seringkali terdapat olahan daging ayam, sapi atau kalkun, tapi dia tidak memilih memakannya. Untuk hal satu ini mungkin ada pengaruh dari hobby dia yang susah makan. Ahh, akhirnya ada juga sisi positif dari anak yang susah makan :-D Thanks God!  Bukannya aku senang karena dia susah makan, tapi bersyukur karena sifat selektifnya memilih makanan, termasuk daging-dagingan yang dia kurang suka kecuali ayam, maka itu bisa mengontrol dirinya sendiri untuk selalu makan daging halal. Padahal menurutku itu tentu tidak mudah buat anak usia 10 tahun yang waktu aku seusia itu rasanya apa saja kepengen dicoba hehehe.... Salut untuk teteh Kinan sayang, mama bangga padamu Nak!


**Jelang fajar, 09.09.2013**


*Wurst : Sosis