Friday, April 27, 2012

Sambel Kerecek



Jadi terpikir dan kangen berat sambel kerecek ini gara-gara bisa bikin gudeg sendiri hehee... kan asik juga kalo bisa makan gudeg komplit ala Yogya disini.  Setelah browsing apa aja bumbunya, saya kemudian ngarang sendiri.com :-))  Dan resep sambel kerecek ala  kami kira-kira seperti ini hasilnya :


SAMBEL KERECEK

Bahan :
Kerecek kering sktr 50 gram
2 lembar daun salam
2 iris lengkuas 
1 buah sereh besar, bagi 2, geprek
Garam secukupnya
Gula merah (atau gula pasir bila tak ada gula merah) secukupnya
Penyedap secukupnya bila suka
Cabe rawit merah secukupnya
Santan kental 200ml (kalo yang dikaleng pilih yang lebih dari 77% kokosnuss)
200-250 ml air
Setengah ruas kelingking asam jawa, rendam air panas
Minyak goreng

Bumbu halus :
5 buah cabe merah (bisa juga dicampur spitzpaprika bila tak ingin pedas)
2 buah schalotten besar (atau 5 buah bawang merah)
4 buah bawang putih
1/4 sdt terasi
2 buah kemiri (lebih baik dibakar atau disangrai dulu)
Semuanya dihaluskan, kalo saya langsung diblender kalo diulek capee deeh.. :p

Cara :
Semua kerecek digoreng dalam minyak panas agar mengembang sempurna, tiriskan, karena suka menyerap banyak minyak. Tumis bumbu halus beserta salam sereh dan lengkuas sampai harum, masukkan air, gula, garam, air asam dan santannya sampai mendidih. Setelah mendidih masukkan kerecek dan masak dengan api sedang hingga matang dan empuk serta berkurang airnya. Cabe rawit dimasukkan di tengah-tengah saat menggodok kerecek, kekentalan sambal kerecek tegantung sesuai selera. Siap dihidangkan :-)



Friday, April 20, 2012

Gudeg Yogya

Dulu saya paling males kalo masak pake bumbu-bumbu yang ribet. Bukan apa-apa, selain pengetahuan masak saya gak ada, juga karena masak dengan bumbu simpel pun seperti model tumis-tumisan misalnya, udah enak rasanya... yang penting menunya kan sehat dan bergizi :-)

Tapi setelah lebih 2 tahun tinggal disini, saya nyerah deh... rasanya bosan dengan makanan begitu-begitu aja, juga karena kangennnyaaa sama makanan tanah air makin menjadi-jadi. Gawat!!
Jadilah saya mulai googling resep-resep, termasuk resep Gudeg Yogya ini, yang linknya dikirimkan seorang teman (makasih ya jeng Sartini :)  dan saya modifikasi lagi hingga terasa pas buat lidah saya dan keluarga. Ini dia resepnya...



GUDEG JOGJA


Bahan :

2 kaleng green jack fruit, buang airnya 
1 kaleng santan 400 ml (coconut milk)
1 ekor ayam tidak terlalu besar atau bisa juga 5 
Hähnchenschenkel ( paha atas bawah)
10 butir telur rebus
2 lembar daun salam
2 iris lengkuas 

2/3 blok gula Srikandi (atau gula Jawa) disisir halus
1 sdt asam Jawa (atau asam Tamarind)
3 teh celup (Schwarztee)

500 ml air
kulit schalloten atau bawang merah (segenggam)

Bumbu halus : 

4 siung schalloten  uk. besar, atau 10 butir bawang merah
5 siung bawang putih 

2 sdt ketumbar (ground coriander)
garam secukupnya
Haluskan dengan ulekan/ blender

Cara membuat :
Potong ayam menjadi 8 atau 10 bagian, taruh di panci paling bawah. Letakan telur rebus di atasnya. Kemudian nangka mentah dari kaleng yang telah dibilas air sebelumnya atau bila mau lebih empuk lagi nangkanya bisa juga terlebih dahulu direbus secara terpisah sebelum kemudian dicampurkan bersama ayam dan telur. Masukan gula merah, kulit bawang merah, lengkuas, asam, daun salam dan bumbu halus.
Tuangkan santan dari kaleng, tambahkan air panas yang  telah dicelupkan 3 buah teh celup
Masak dengan api sedang sekitar 45 menit. Ketika air sudah berkurang, kecilkan api dan terus dimasak sampai air habis.


(Resep kereceknya menyusul yaa.. :-)

Saturday, April 14, 2012

Ngintip Gymnasium, sekolah menengah di Jerman


Beberapa hari lalu kami mendapatkan undangan acara „Tag der offenen Tür“  dari  2  Gymnasium yang berada di kota tempat kami tinggal, berkaitan dengan pendaftaran ajaran baru September 2012 mendatang untuk si sulung.  Dalam acara undangan di kedua Gymnasium tersebut, kami para orang tua  plus calon siswa/i diterangkan informasi seputar sekolah dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat semua fasilitas yang terdapat disana. 

Di Jerman, secondary school atau sekolah menengah  umumnya dimulai dari kelas 5, kebijakannya pun dijalankan sesuai dengan masing-masing Länder (negara bagian).  Grundschule (SD) berlangsung sampai kelas 4, perkecualian di Berlin dan Brandenburg, Grundschule sampai kelas 6. Selain Gymnasium masih terdapat sekolah menengah lainnya, yaitu Hauptschule yang mempersiapkan siswa untuk pendidikan kejuruan dan Real Schule yang memiliki penekanan lebih luas untuk murid intermediate dan masing-masing berakhir dengan ujian akhir bernama Hauptschulabschluss dan Realschulabschluss, serta lebih dipersiapkan untuk bekerja.

Lama studi di Gymnasium adalah 8-9 tahun (kelas 12-13) kemudian diakhiri dengan Abitur,  ujian akhir atau persyaratan tes yang diwajibkan sebelum memasuki universitas. Gengsi masuk Gymnasium mungkin kira-kira sama dengan gengsi masuk sekolah menengah favorit di Indonesia, setiap siswa/i yang berorientasi akan melanjutkan pendidikan ke universitas atau perguruan tinggi lainnya memang disarankan lebih baik memasuki Gymnasium. Persyaratan yang diwajibkan pun cukup berat, di beberapa negara bagian memberlakukan persyaratan nilai pelajaran Mathe (Matematika) dan Deutsch (Bahasa Jerman) dengan minimal angka rata-rata  2 atau 2,3  (setaraf nilai B atau B minus). Sedangkan di negara bagian tempat tinggal kami sekarang, Baden Württemberg,  yang  beribukota di  Stuttgart, nilai rata-rata persyaratan memasuki Gymnasium baru-baru saja dikoreksi menjadi 2,5 (BC)  untuk kedua pelajaran Mathe dan Deutsch.  

Gymnasium di Jerman ternyata juga mempunyai keragaman penekanan bidang2 tertentu dalam penyelenggaraan belajarnya. Ada Gymnasium yang lebih banyak  mempelajari Naturwissenschaft (Sains), Humanistische (Kultur dan Bahasa), Kunst (Seni) juga Religion (Teologi) tergantung masing-masing kebijakannya. Dengan mengetahui „fokus“ utama dari masing-masing Gymnasium, diharapkan akan lebih memudahkan siswa/i pada saat akan mendaftarkan diri ke universitas atau perguruan tinggi sesuai dengan minat dan jurusan pilihannya.

Namun begitu, bukan berarti siswa/i yang sekolah di Hauptschule dan Realschule tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena kedua sekolah tersebut hanya sampai kelas 10, maka mereka diwajibkan menambah masa belajar sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan di Gymnasium (dalam beberapa kasus kadangkala menambah waktu lebih dari 3 tahun lagi)  plus Abitur. Oleh karena itu untuk memudahkan proses kedepannya nanti, biasanya siswa/i  Hauptschule dan Realschule yang akan melanjutkan program ke Bachelor misalnya, diberlakukan persyaratan maksimal sampai kelas 9 sudah pindah sekolah ke Gymnasium.

Satu hal yang membuat saya dan suami terkesan, kepala sekolah salah satu Gymnasium mengatakan dalam sambutannya bahwa berapapun jumlah murid yang akan mendaftar ke Gymnasium tersebut tidak akan ada istilah ditolak dengan alasan sekolah sudah atau terlalu penuh. Karena itu menjadi tanggung jawab Stadt (kota) yang akan menyediakan kapasitas baru sesuai dengan permintaan yang ada. Jadi berapapun jumlah pendaftar baru akan dipenuhi, sejauh sang calon siswa/i nya memenuhi persyaratan. Ckckckkk... begitu tidak terbatasnya kah alokasi dana pendidikan disini ? Padahal kami semua kan tidak dipungut biaya setiap bulan untuk bayar SPP  hehee...

Demikian sekilas info dari pinggiran Stuttgart :-)