Saturday, April 14, 2012

Ngintip Gymnasium, sekolah menengah di Jerman


Beberapa hari lalu kami mendapatkan undangan acara „Tag der offenen Tür“  dari  2  Gymnasium yang berada di kota tempat kami tinggal, berkaitan dengan pendaftaran ajaran baru September 2012 mendatang untuk si sulung.  Dalam acara undangan di kedua Gymnasium tersebut, kami para orang tua  plus calon siswa/i diterangkan informasi seputar sekolah dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat semua fasilitas yang terdapat disana. 

Di Jerman, secondary school atau sekolah menengah  umumnya dimulai dari kelas 5, kebijakannya pun dijalankan sesuai dengan masing-masing Länder (negara bagian).  Grundschule (SD) berlangsung sampai kelas 4, perkecualian di Berlin dan Brandenburg, Grundschule sampai kelas 6. Selain Gymnasium masih terdapat sekolah menengah lainnya, yaitu Hauptschule yang mempersiapkan siswa untuk pendidikan kejuruan dan Real Schule yang memiliki penekanan lebih luas untuk murid intermediate dan masing-masing berakhir dengan ujian akhir bernama Hauptschulabschluss dan Realschulabschluss, serta lebih dipersiapkan untuk bekerja.

Lama studi di Gymnasium adalah 8-9 tahun (kelas 12-13) kemudian diakhiri dengan Abitur,  ujian akhir atau persyaratan tes yang diwajibkan sebelum memasuki universitas. Gengsi masuk Gymnasium mungkin kira-kira sama dengan gengsi masuk sekolah menengah favorit di Indonesia, setiap siswa/i yang berorientasi akan melanjutkan pendidikan ke universitas atau perguruan tinggi lainnya memang disarankan lebih baik memasuki Gymnasium. Persyaratan yang diwajibkan pun cukup berat, di beberapa negara bagian memberlakukan persyaratan nilai pelajaran Mathe (Matematika) dan Deutsch (Bahasa Jerman) dengan minimal angka rata-rata  2 atau 2,3  (setaraf nilai B atau B minus). Sedangkan di negara bagian tempat tinggal kami sekarang, Baden Württemberg,  yang  beribukota di  Stuttgart, nilai rata-rata persyaratan memasuki Gymnasium baru-baru saja dikoreksi menjadi 2,5 (BC)  untuk kedua pelajaran Mathe dan Deutsch.  

Gymnasium di Jerman ternyata juga mempunyai keragaman penekanan bidang2 tertentu dalam penyelenggaraan belajarnya. Ada Gymnasium yang lebih banyak  mempelajari Naturwissenschaft (Sains), Humanistische (Kultur dan Bahasa), Kunst (Seni) juga Religion (Teologi) tergantung masing-masing kebijakannya. Dengan mengetahui „fokus“ utama dari masing-masing Gymnasium, diharapkan akan lebih memudahkan siswa/i pada saat akan mendaftarkan diri ke universitas atau perguruan tinggi sesuai dengan minat dan jurusan pilihannya.

Namun begitu, bukan berarti siswa/i yang sekolah di Hauptschule dan Realschule tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena kedua sekolah tersebut hanya sampai kelas 10, maka mereka diwajibkan menambah masa belajar sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan di Gymnasium (dalam beberapa kasus kadangkala menambah waktu lebih dari 3 tahun lagi)  plus Abitur. Oleh karena itu untuk memudahkan proses kedepannya nanti, biasanya siswa/i  Hauptschule dan Realschule yang akan melanjutkan program ke Bachelor misalnya, diberlakukan persyaratan maksimal sampai kelas 9 sudah pindah sekolah ke Gymnasium.

Satu hal yang membuat saya dan suami terkesan, kepala sekolah salah satu Gymnasium mengatakan dalam sambutannya bahwa berapapun jumlah murid yang akan mendaftar ke Gymnasium tersebut tidak akan ada istilah ditolak dengan alasan sekolah sudah atau terlalu penuh. Karena itu menjadi tanggung jawab Stadt (kota) yang akan menyediakan kapasitas baru sesuai dengan permintaan yang ada. Jadi berapapun jumlah pendaftar baru akan dipenuhi, sejauh sang calon siswa/i nya memenuhi persyaratan. Ckckckkk... begitu tidak terbatasnya kah alokasi dana pendidikan disini ? Padahal kami semua kan tidak dipungut biaya setiap bulan untuk bayar SPP  hehee...

Demikian sekilas info dari pinggiran Stuttgart :-)

1 comment:

  1. Salam kenal Mbak...saya tertarik untuk sekolahkan anak saya yg sekarang kelas 1 SMA ke Jerman. Untuk bisa masuk sekolah di Gymnasium, apakah ada tes masuk atau cukup lampirkan dokumen nilai sekolah anak di Indo ya? Mohon Pencerahannya. Terima kasih. Rudy

    ReplyDelete