Tanpa disadari hari ini hari terakhir di bulan Juni,
sementara aku masih belum memposkan sesuatu pun di blog ini...begitu pula bulan Mei lalu, berlalu begitu saja tanpa sempat memposkan 1 pun. Kemana saja
diriku ditengah sang waktu yang demikian cepat berlalu?? Ibarat rumah, koq jarang ditengokk :-((
Semakin dijalani, semakin mata hati ini terbuka, betapa menjadi ibu rumah tangga yang tinggal di negeri orang, apalagi profesional, bukanlah perkara mudah. Terlebih bila pengalaman sebelumnya di Indonesia kita sudah terbiasa bekerja full time 8 jam per hari, 5 hari dalam seminggu dan di"ninabobo"kan oleh sang helper di rumah dalam menyelesaikan banyak hal urusan rumah tangga. Disini pun, sebetulnya banyak sekali keinginan untuk melakukan ini itu, tapi ujung-ujungnya tetap digelendoti segala tetek bengek urusan anak-anak dan pekerjaan rumah tangga yang menanti dan tak pernah ada habisnya. Duuhh, kadang terpikir betapa menjemukannya menjadi ibu rumah tangga! Astagfirullahaladzim...
Tapi, bagaimana pula bisa profesional menjalani status ganda disini ; ibu rumah tangga plus wanita bekerja, bila ujung-ujungnya pekerjaan rumah tangga itu kembali berbalik menjadi bumerang ke diri sendiri. Karena disini membayar Putzfrau, tenaga bantu untuk bersih-bersih rumah cukup mahal (di negara bagian tempat kami kini tinggal, tarif Putzfrau sekitar 10-12 euro per jam) dan membeli makanan jadi dari rumah makan untuk kebutuhan keluarga pun tidak mungkin dilakukan setiap hari, karena selain mahal juga belum terjamin kehalalaannya. Jadi, disini pekerjaan rumah tangga memang tidak bisa dihindari, bagaimana pun !
Aku pernah mengalami, ketika sempat sebulan magang bekerja full time di sebuah sekolah kursus bahasa sewaktu kami masih tinggal di Dresden, ibukota di negara bagian Sachsen (Saxony). Pekerjaan seperti yang aku mimpikan, kantoran dan berpakaian semi formil. Padahal tugas yang dilakukan tidak jauh-jauh dari kegiatan administrasi, mendata ulang atau filing identitas peserta kursus di setiap pembukaan kelas baru. Tapi karena jam kerja dimulai dari pukul 08.00 pagi dan pulang kantor pk. 15.45 (itupun dengan dispensasi) serta dengan tergopoh gopoh aku harus menjemput anak-anak ke Hort pk. 16.00, dilanjutkan sesekali belanja dapur ke supermarket dan masak untuk makan malam, jadilah semua itu tidak terasa cihuy lagi. Hampir begitu terus berlanjut selama 1 bulan penuh. Yang terjadi kemudian, ketika akhir minggu dan saatnya waktu bercengkrama dengan
keluarga, jiwa dan raga ini lelahnya luar biasa !
Dalam kondisi stressfull seperti itu, kemudian aku jadi tertegun pada suatu kenyataan yang ada di depan mata, mengapa aku seolah-olah tidak mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya pada kami??
Aku jadi teringat, pernah beberapa teman wanita Rusia di tempat kursus bahasa Jerman kelas kami malah bilang begini "Seandainya suamiku mampu menafkahi kami sekeluarga dengan baik dan bila saja aku punya kesempatan untuk tidak bekerja, hanya mengurus rumah tangga saja, tentu aku akan dengan senang hati menjalaninya... Tapi kami tidak mungkin terus menerus mendapatkan uang tunjangan sosial disini, jadi aku harus bekerja.. bla bla bla.."
Ya memang, dipikir-pikir lagi, tanpa bekerja pun sebetulnya suamiku masih mampu
memberi sandang pangan anak istrinya dengan baik... kami bahkan masih bisa berlibur ke
kota-kota yang kami mimpikan.
Akhirnya... semenarik apapun pekerjaan itu, aku lebih memilih untuk melakukan sesuatu yang bisa dilakukan di rumah saja, rasanya itu memang pas buat kondisiku saat ini dan lebih menentramkan jiwa. Jadi, sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga, aku tetap punya kegiatan baru pengisi waktu tapi juga bisa menambah uang saku. Profesi baruku sekarang : Pedagang tas! Profesi yang sebelumnya bahkan sama sekali belum pernah terbayangkan dalam hidup. Dan ternyata profesi baru yang tidak jauh-jauh dari dunia shopping ini malah mengasikkan! Mudah-mudahan, karena terlalu asik belanja dan upload foto-foto untuk promosi, tidak membuat "rumahku" semakin jarang ditengok hehehee..
15 July 2012 , Catatan ynag tertunda.
** Hort adalah istilah untuk tempat penitipan anak di Jerman. Biasanya ada berdampingan dengan setiap Grundschule (SD), dimana selesai jam sekolah murid-murid langsung menuju ke tempat ini, mengerjakan PR bersama, bermain sambil belajar dan melakukan aktifitas lainnya yang merangsang ide dan kreatifitas anak.
ternyata menjadi pekerja kantoran then melakukan kegiatan rumah tangga benar2 melelahkan yaaa.... walaupun dengan penyagkalan melakukan semua dengan bahagia, tetap saja raga memiliki keterbatasan...:)
ReplyDeleteUteeet... wahh surprised! Makasih mau mampir say, hehehe... Iya betul sekali, keterbatasan itulah yang sebelumnya luput dari pemikiranku. Ngebayanginnya masih seperti dulu, ibu2 bekerja di Indonesia, dinamis. Tapi disono kan sepulang kantor kerumah di meja makan udah ada yang nyiapin teh manis, anak-anak udah wangi, rumah-cucian baju udah bersih rapi dan makan malam telah tersedia. Nyonya rumah pulang kantor jadi bisa istirahat tenang sambil baca koran or nonton TV dan bercengkrama sama suami dan anak2. Disini???? Huaaaaa.... gak kukuuuu deh hehehe...jangan dibandingkan dong deh!! :-)))
ReplyDelete