Beberapa hari lalu kami mendapatkan undangan acara „Tag der offenen Tür“ dari 2 Gymnasium
yang berada di kota tempat kami tinggal, berkaitan dengan pendaftaran ajaran
baru September 2012 mendatang untuk si sulung. Dalam acara undangan di kedua
Gymnasium tersebut, kami para orang tua plus calon siswa/i diterangkan
informasi seputar sekolah dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat semua
fasilitas yang terdapat disana.
Di Jerman, secondary school atau sekolah menengah umumnya dimulai
dari kelas 5, kebijakannya pun dijalankan sesuai dengan masing-masing Länder
(negara bagian). Grundschule (SD) berlangsung sampai kelas 4,
perkecualian di Berlin dan Brandenburg, Grundschule sampai kelas 6. Selain
Gymnasium masih terdapat sekolah menengah lainnya, yaitu Hauptschule yang mempersiapkan
siswa untuk pendidikan kejuruan dan Real Schule yang memiliki penekanan lebih
luas untuk murid intermediate dan masing-masing berakhir dengan
ujian akhir bernama Hauptschulabschluss dan Realschulabschluss, serta lebih
dipersiapkan untuk bekerja.
Lama studi di Gymnasium adalah 8-9 tahun (kelas 12-13) kemudian diakhiri
dengan Abitur, ujian akhir atau persyaratan tes yang diwajibkan sebelum memasuki
universitas. Gengsi masuk Gymnasium mungkin kira-kira sama dengan gengsi masuk sekolah menengah favorit di Indonesia, setiap siswa/i yang berorientasi akan melanjutkan
pendidikan ke universitas atau perguruan tinggi lainnya memang disarankan lebih
baik memasuki Gymnasium. Persyaratan yang diwajibkan pun cukup berat, di
beberapa negara bagian memberlakukan persyaratan nilai pelajaran Mathe
(Matematika) dan Deutsch (Bahasa Jerman) dengan minimal angka rata-rata 2
atau 2,3 (setaraf nilai B atau B minus). Sedangkan di negara bagian tempat tinggal kami sekarang, Baden Württemberg, yang beribukota di Stuttgart, nilai rata-rata persyaratan
memasuki Gymnasium baru-baru saja dikoreksi menjadi 2,5 (BC) untuk kedua
pelajaran Mathe dan Deutsch.
Gymnasium di Jerman ternyata juga mempunyai keragaman penekanan bidang2
tertentu dalam penyelenggaraan belajarnya. Ada Gymnasium yang lebih banyak
mempelajari Naturwissenschaft (Sains), Humanistische (Kultur dan Bahasa),
Kunst (Seni) juga Religion (Teologi) tergantung masing-masing kebijakannya.
Dengan mengetahui „fokus“ utama dari masing-masing Gymnasium, diharapkan akan
lebih memudahkan siswa/i pada saat akan mendaftarkan diri ke universitas atau
perguruan tinggi sesuai dengan minat dan jurusan pilihannya.
Namun begitu, bukan berarti siswa/i yang sekolah di Hauptschule dan
Realschule tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena kedua
sekolah tersebut hanya sampai kelas 10, maka mereka diwajibkan menambah masa
belajar sesuai dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan di Gymnasium
(dalam beberapa kasus kadangkala menambah waktu lebih dari 3 tahun lagi) plus Abitur. Oleh karena itu
untuk memudahkan proses kedepannya nanti, biasanya siswa/i Hauptschule
dan Realschule yang akan melanjutkan program ke Bachelor misalnya, diberlakukan
persyaratan maksimal sampai kelas 9 sudah pindah sekolah ke Gymnasium.
Satu hal yang membuat saya dan suami
terkesan, kepala sekolah salah satu Gymnasium mengatakan dalam sambutannya
bahwa berapapun jumlah murid yang akan mendaftar ke Gymnasium tersebut tidak
akan ada istilah ditolak dengan alasan sekolah sudah atau terlalu penuh. Karena
itu menjadi tanggung jawab Stadt (kota) yang akan menyediakan kapasitas baru
sesuai dengan permintaan yang ada. Jadi berapapun jumlah pendaftar baru akan
dipenuhi, sejauh sang calon siswa/i nya memenuhi persyaratan. Ckckckkk...
begitu tidak terbatasnya kah alokasi dana pendidikan disini ? Padahal kami semua kan tidak dipungut biaya setiap bulan untuk bayar SPP hehee...
Demikian sekilas info dari pinggiran
Stuttgart :-)
Salam kenal Mbak...saya tertarik untuk sekolahkan anak saya yg sekarang kelas 1 SMA ke Jerman. Untuk bisa masuk sekolah di Gymnasium, apakah ada tes masuk atau cukup lampirkan dokumen nilai sekolah anak di Indo ya? Mohon Pencerahannya. Terima kasih. Rudy
ReplyDelete