Mungkin judulnya terdengar sedikit bombastis, tapi saat menuliskan ini saya masih terpingkal-pingkal membayangkan bagaimana Herr Menin
teman laki-laki kami di kelas kursus, seorang keturunan yahudi asal Ukraina yang akrab
kami sapa dengan panggilan Jurii, berkerudung warna pink, bermotif
bunga pula!! Sayang sekali, sebelum saya sempat memotretnya dia sudah
melepaskan kerudung siap pakai milik saya itu. “Ogah kalau dipotret
pakai kerudung”, begitu katanya. Sedangkan teman-teman perempuan tampak
begitu bersemangat mematut diri dengan kerudung didepan kaca toilet
dan sebagian lagi yang tidak bisa menggunakannya pasrah didandani
kerudung ala wanita berjilbab oleh teman-teman lainnya, daan..… action
!! Maka jadilah foto-foto ini :)
Ceritanya bermula saat tiba
waktunya bagi saya untuk memulai kursus bahasa Jerman lewat program
“Integration Course” awal Oktober tahun 2009. Aktivitas
baru ini lumayan menyita waktu karena dilakukan 4 hari dalam seminggu,
setiap Selasa s.d Jum’at pk. 09.00 – 13.15. Praktis waktu yang
benar-benar luang buat diri sendiri hanya setiap hari senin saja
(sabtu-minggu adalah waktu buat keluarga) atau pada saat
anak-anak sekolah mendapatkan liburan panjang dari sekolahnya.
Hari pertama kursus dimulai, chemistry-nya mulai
terasa, orang-orangnya friendly dan welcome sekali. Di kelas kami
terdapat 12 orang peserta, 3 laki-laki dan 9 perempuan, usianya berkisar
antara 25 – 43 tahun dan berasal dari Rusia, Ukraina, Moldavia,
Eslandia, Irak, Turki dan saya sendiri, Indonesia. Peserta muslim hanya
ada 2 orang, saya dan teman laki-laki asal Irak, otomatis yang
berkerudung hanya saya sendiri, yang lama kelamaan kemudian jadi
menimbulkan rasa penasaran teman-teman sekelas dan bertanya “Rambutmu
warnanya apa? Seberapa panjang?“ hehee… Mau tau aje !
Namun
meskipun berbeda-beda asal negara dan latar belakang begitu, kelas kami
cukup kompak, heboh, dinamis dan bahkan keakraban itu bagi para teman
perempuan berlanjut diluar acara kursus,
Pernah salah seorang teman
baik saya di kelas, Lyubov, seorang perempuan yang sangat cerdas dan
dahulu berprofesi sebagai sutradara teater di Moscow namun kini di
Jerman dia harus cukup berpuas diri menjadi ibu rumah tangga dengan 3
anak, berkata pada saya “Irna, du bist eine schöne Frau (Irna, kamu
seorang perempuan yang cantik (katanya lhoo...prikitiw :)), dan kamu
sekarang tinggal di Jerman, sesuaikanlah gaya hidup kamu dengan tata
cara disini…bukalah kerudungmu, dan kalau kamu pulang ke Indonesia kamu
bisa pakai kembali kerudungmu dan bla..bla..bla…” Saya hanya
menanggapinya dengan manggut-manggut dan senyum-senyum, masukan
merekapun hanya numpang lewat, masuk telinga kanan dan keluar telinga
kiri hehee… tapi saya sempat menjelaskan pada mereka bahwa masalah
kerudung ini sudah menjadi keputusan penting dalam hidup saya sejak
pertengahan tahun 2006 lalu dan mudah—mudahan saya bisa selalu
konsisten. Insya Allah. Alhamdulillah, sejauh ini mereka tetap
menghargai prinsip saya dan hubungan kami tetap terjalin baik.
Ngomong-ngomong
tentang keakraban kami diluar kursus, saya jadi ingat, waktu itu kami
para perempuannya pernah membuat janji untuk makan malam bersama di
sebuah restoran Libanon di Dresden, tanpa membawa anak masing-masing
tentunya :)) Sebetulnya acara ini dilakukan lebih karena kami semua
penasaran ingin menyaksikan rame-rame “tarian perut” di restoran
tersebut yang direkomendasikan oleh guru kursus kami dibandingkan
mencoba makanannya hehee…
Saat makan malam tiba dan kami telah
berkumpul, saya pun melihat bagaimana teman-teman Rusia dan Ukraina itu
mengenakan gaun malam dan pakaian kasual dengan belahan dada sangat
rendah yang membuatnya tampak “tumpah ruah” hihii.. sementara saya tetap
setia dengan kemeja lengan panjang dan pullover serta jeans dan tentu
saja kerudung! Penampilan yang sebetulnya tidak mereka harapkan :p
karena mereka “ingin melihat Frau Fauline yang berbeda malam ini”
katanya.
Malam itu untuk pertamakalinya pula mereka menyadari
bahwa dalam seumur hidup saya, saya belum pernah (dengan sengaja)
meminum alkohol. Mereka pikir selama ini saya hanya “menjauhi” alkohol
demi menjaga kesehatan semata, karena saya selalu bilang “ohne/keine
alkohol” (tanpa alkohol) kalau ditanya minuman apa yang paling saya
gemari. Padahal dalam kenyataannya, saya memang belum pernah meminum
alkohol dalam arti sebenarnya. Saat itu teman-teman memesan “Rotwein”
(redwine) dan “Weisswein” (white wine), sedangkan saya cukup minum
Grüner tee alias teh hijau saja hehee..
Menginjak bulan ke-4 di
tempat kursus, rasa penasaran dan pertanyaan mereka belum juga hilang,
malah semakin bertambah dan sengaja didiskusikan didalam jam pelajaran
dengan guru kursus kami saat terdapat materi yang sedikit relevan dengan
“rambut” :))
Sekalipun pada suatu kesempatan yang sesuai dengan
pembahasan dalam modul kursus di kelas, saya pernah menunjukkan kepada
teman-teman foto saat pernikahan saya dan suami, juga potongan kecil
foto wisuda saya (yang sebelumnya tersimpan dalam dompet suami :)
serta foto-foto keluarga selama di Indonesia saat saya belum berjilbab,
namun semuanya itu belum juga memuaskan rasa penasaran mereka. Teman –
teman suka bilang, “Irna, bitte kommst du ein mal ohne Koptuch zum
Unterricht!” (Irna, datanglah sekali saja ke kursus tanpa jilbab,
please!“ hehee... No away!!
Saya sampai kehabisan alasan untuk
bersilat lidah agar diterima lebih rasional dengan alam pikiran mereka
yang non Islam…. Tapi biasanya pembahasan itu selalu berujung dengan
ketawa-ketiwi kami dan saling melempar ‘joke’ segar. Indahnyaa dunia
ini... penuh warna!!
Sampai suatu ketika guru kursus kami Frau
Kretschmer, seorang Naturalist, berusia 35 tahun, a lovely and wise
woman, menyarankan dan berkata dalam kelas pada saya di hadapan semua
teman-teman „Frau Fauline, bagaimana kalau suatu hari anda membawa
koleksi kerudung anda ke kelas ini dan kita semua bisa mencoba
mengenakan kerudung itu bersama-sama?“
Teman-teman kelas langsung
setuju dan bilang „Jaaa!“. Saran yang bijak namun agak konyol menurut
saya, tapi dengan cepat langsung saya jawab „Warum nicht?“ (mengapa
tidak??)
Dan inilah hari yang dimaksud itu, minggu lalu akhirnya
tersampaikan juga deh kami semua berkerudung bersama-sama. Teman –
teman kelas dengan antusias memilih kerudung-kerudung yang sengaja
telah saya bawa dan disiapkan dari rumah. Para Frauen mencoba kerudung
dengan berbagai gaya dan warna di kepala, sedangkan teman laki-laki
menyulapnya menjadi dasi. Kesempatan langka ini pun tak lupa saya
abadikan dalam foto, kelas menjadi ramai mirip suasana di toko penjual
kerudung, hebohh !!
Sayangnya 4 orang teman lain di kelas kami
berhalangan hadir hari itu karena sakit, maklumlah cuacanya masih dalam
transisi pergantian ke musim semi sehingga banyak yang rentan sakit,
padahal yang tidak hadir itu 2 orang diantaranya adalah „bintang kejora“
di kelas kami, karena cantiiik !!
Namun begitu, hal itu tetap tidak
mengurangi rasa antusias dan kehebohan para Frauen yang ada untuk
mencoba-coba bergaya dan mematut diri dengan nuansa lain di depan
cermin dalam parade kerudung... :))
Dresden, 28 Maret 2010 (Cerita lama dari Note FB yang baru diposting disini :)
Irina
No comments:
Post a Comment