23.14 CET.
Tak terasa 46 menit lagi 2013 berlalu sudah, berganti dengan angka 2014.
Banyak yang sudah dilalui, hari-hari manis, hari-hari melelahkan penuh perjuangan, namun lompatan sekecil apapun yang sudah aku raih di tahun ini sangatlah membahagiakan... Dimulai dari perjalanan umrah kami Maret-April lalu, proses pencarian wohnung, hingga SIM yang akhirnya dapat juga!
Selamat Tinggal 2013, Selamat datang 2014, semoga hari-hari kedepan semakin membahagiakan.
München, 31 Des 2013
Tuesday, December 31, 2013
Saturday, November 2, 2013
Pindahan lageee !
Sudah 3 minggu terakhir aku mengepak barang-barang di rumah, mulai buku-buku, baju-baju winter, pecah belah yang tidak sering dipakai, souvenir dll yang aku masukkan kedalam kardus khusus Umzug. Semuanya sebagian besar dilakukan sendiri ketika suami ngantor dan anak-anak ke sekolah. Ini ketiga kalinya kami pindahan di Jerman, di 2 kota yang yang berbeda, bagian timur dan selatan Jerman dengan kultur dan dialek yang sangat berbeda juga menempati apartemen yang berbeda keempat kalinya dalam kurun waktu 5 tahun! Lumayan capeknyaa euuyy belum stressnyaa ! :-p Aah.. beginilah nasib kontraktor.. pengontrak rumah maksudnyaa hihi...
Tapi syukurlah, sejak setahun terakhir mencari-cari tempat idaman, akhirnya bulan Juli lalu aku dan suami bisa mempensiunkan status kontraktor tersebut setelah menemukan maisonette wohnung yang mungil tapi cantik (menurut ukuranku tentuu..entahlah pendapat orang lain :-) dengan balkon dan terletak masih didalam kota, juga cukup berjalan kaki ke sekolah anak-anak. Tidak sepenuhnya seideal gambaranku memang, karena aku masih punya mimpi memiliki rumah mungil berhalaman luas dan terletak dalam kota, tapi objek seperti itu ternyata sangat sukar ditemukan karena yang dijual didalam kota umumnya rumah-rumah tua tahun 1950-1960an bahkan lebih tua lagi, ada rumah yang dijual tahun 1920an bahkan 1896 ! Buat orang penakut seperti aku, rasanya menempati rumah tua bukannya memberikan kedamaian tapi malah mungkin menambah stress karena ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan :-D Maisonette wohnung yang kami beli bangunan tahun 1994, alhamdulillah paling tidak kini anak-anak sudah bisa mempunya kamar tidur masing-masing, dan yang jelas apartemen kami kini memiliki 2 WC, syarat mati yang tidak bisa ditawar lagi setelah pengalaman sebelumnya kami sering kedatangan tamu berkunjung dan menginap di rumah dan pernah ada tragedi WC mampet karena jumlah penghuni yang semua berkumpul dan menginap saat itu di wohnung kami hingga 16 orang anak dan dewasa hihihi... Masih beruntung, kami tak sampai memanggil petugas untuk menyedot tinja ke rumah, karena suamiku dengan sigap menyelesaikan si biang mampet itu berkutat di kamar mandi sendiri saja, karena aku tak sanggup melihat luberan isi WC memenuhi lantai kamar mandi huaaaa :-(
Serasa bermimpi deh ketika kami harus menandatangani surat pembelian wohnung tersebut di hadapan Notaris bulan Agustus lalu. Seperti kegembiraan yang sama dirasakan ketika pertama kali membeli rumah di Batam Centre, Batam, hasil keringat kami 11 tahun silam. Sang Maha Pemurah telah mengganti rumah yang dulu telah terjual itu dengan berkali-kali lipat :-) Sujud syukur kami kepadaMu atas segala nikmat dan karuniaMu ya Rabb..
Tempat baru, suasana baru, tetangga-tetangga baru, semoga menjadi berkah bagi kami sekeluarga, amiin...
(Yang tersimpan dan tak sempat ku posting di bulan Oktober lalu karena kesibukan luar biasa pindahan rumah... )
* Umzug : Pindah
** Maisonette Wohnung : Apartemen yang memiliki 2 lantai, bagian atas biasanya kamar tidur dan kamar mandi.
Tapi syukurlah, sejak setahun terakhir mencari-cari tempat idaman, akhirnya bulan Juli lalu aku dan suami bisa mempensiunkan status kontraktor tersebut setelah menemukan maisonette wohnung yang mungil tapi cantik (menurut ukuranku tentuu..entahlah pendapat orang lain :-) dengan balkon dan terletak masih didalam kota, juga cukup berjalan kaki ke sekolah anak-anak. Tidak sepenuhnya seideal gambaranku memang, karena aku masih punya mimpi memiliki rumah mungil berhalaman luas dan terletak dalam kota, tapi objek seperti itu ternyata sangat sukar ditemukan karena yang dijual didalam kota umumnya rumah-rumah tua tahun 1950-1960an bahkan lebih tua lagi, ada rumah yang dijual tahun 1920an bahkan 1896 ! Buat orang penakut seperti aku, rasanya menempati rumah tua bukannya memberikan kedamaian tapi malah mungkin menambah stress karena ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan :-D Maisonette wohnung yang kami beli bangunan tahun 1994, alhamdulillah paling tidak kini anak-anak sudah bisa mempunya kamar tidur masing-masing, dan yang jelas apartemen kami kini memiliki 2 WC, syarat mati yang tidak bisa ditawar lagi setelah pengalaman sebelumnya kami sering kedatangan tamu berkunjung dan menginap di rumah dan pernah ada tragedi WC mampet karena jumlah penghuni yang semua berkumpul dan menginap saat itu di wohnung kami hingga 16 orang anak dan dewasa hihihi... Masih beruntung, kami tak sampai memanggil petugas untuk menyedot tinja ke rumah, karena suamiku dengan sigap menyelesaikan si biang mampet itu berkutat di kamar mandi sendiri saja, karena aku tak sanggup melihat luberan isi WC memenuhi lantai kamar mandi huaaaa :-(
Serasa bermimpi deh ketika kami harus menandatangani surat pembelian wohnung tersebut di hadapan Notaris bulan Agustus lalu. Seperti kegembiraan yang sama dirasakan ketika pertama kali membeli rumah di Batam Centre, Batam, hasil keringat kami 11 tahun silam. Sang Maha Pemurah telah mengganti rumah yang dulu telah terjual itu dengan berkali-kali lipat :-) Sujud syukur kami kepadaMu atas segala nikmat dan karuniaMu ya Rabb..
Tempat baru, suasana baru, tetangga-tetangga baru, semoga menjadi berkah bagi kami sekeluarga, amiin...
(Yang tersimpan dan tak sempat ku posting di bulan Oktober lalu karena kesibukan luar biasa pindahan rumah... )
* Umzug : Pindah
** Maisonette Wohnung : Apartemen yang memiliki 2 lantai, bagian atas biasanya kamar tidur dan kamar mandi.
Monday, September 9, 2013
Obrolan di Meja Makan
Tak terasa, 7 bulan sudah aku membiarkan blog ini seolah tak bernyawa... Nyawa itu mungkin masih ada karena tak dinyana pembaca yang budiman masih mau mampir ke blog ini. Lebih setengah tahun adalah waktu yang tidak sebentar, terlalu banyak memori yang menari-nari dalam kepala namun belum sempat aku tuangkan disini karena keterbatasan tenaga dan waktu. Ada pengalaman ibadah Umrah kami selama 2 minggu penuh bulan Maret-April lalu, liburan kami ke Desden, kota cantik penuh kenangan pertama kali kami tinggal di Jerman, kemudian si bungsu yang kini punya "adik baru" seekor kura-kura yang sekarang sudah hampir 7 bulan tinggal bersama kami di rumah, juga liburan panjang summer kali ini yang menjelajah kota-kota abad pertengahan di Jerman juga Prancis, bla bla bla dan lain-lain. Sekarang pukul 05.03 pagi, teringat blog karena tak bisa tidur lagi setelah 3 jam lalu terbangun dari tidur. Agak panik tadi setelah mencoba masuk ke blog ternyata passwordku tidak berfungsi. Setelah berhasil mengganti password dan masuk blog, aku cukup kaget juga karena posting terakhir koq video yang tidak aku kenal, rupanya ada yang membajak blogku :-(
Sekarang yang penting blog ini sudah baik-baik saja dan mungkin ada baiknya bila aku memulainya dengan cerita tentang si sulung yang kritis, yang suka bertanya-tanya hal yang menyerempet nyerempet masalah agama...
Minggu pagi sekitar 3-4 bulan lalu ketika kami sarapan bersama, teteh agak muring-muring. Dia bilang "Mama kenapa Islam itu streng?". Aku dan suami yang duduk saling berhadapan di meja makan pun bertatapan. "Memangnya kenapa teh?" tanyaku, aku agak kuatir pertanyaan itu bukan murni dari pemikirannya, tapi mungkin sedikit banyak karena pengaruh bergaul dengan teman-teman di lingkungan sekolahnya yang notabene non muslim bahkan sebagian ada yang dibesarkan dalam keluarga atheis. Yaah.. begini deh salah satu resiko hidup di negeri barat. Teteh pun nyerocos begini "Kita harus beten (sembahyang) 5x sehari, harus pake Koptuch (kerudung), terus gak bisa makan Arte Essen... Kenapa semuanya gak boleh, ini itu dilarang?"
Sekarang yang penting blog ini sudah baik-baik saja dan mungkin ada baiknya bila aku memulainya dengan cerita tentang si sulung yang kritis, yang suka bertanya-tanya hal yang menyerempet nyerempet masalah agama...
Minggu pagi sekitar 3-4 bulan lalu ketika kami sarapan bersama, teteh agak muring-muring. Dia bilang "Mama kenapa Islam itu streng?". Aku dan suami yang duduk saling berhadapan di meja makan pun bertatapan. "Memangnya kenapa teh?" tanyaku, aku agak kuatir pertanyaan itu bukan murni dari pemikirannya, tapi mungkin sedikit banyak karena pengaruh bergaul dengan teman-teman di lingkungan sekolahnya yang notabene non muslim bahkan sebagian ada yang dibesarkan dalam keluarga atheis. Yaah.. begini deh salah satu resiko hidup di negeri barat. Teteh pun nyerocos begini "Kita harus beten (sembahyang) 5x sehari, harus pake Koptuch (kerudung), terus gak bisa makan Arte Essen... Kenapa semuanya gak boleh, ini itu dilarang?"
Eng ing eng... tugas orang tua untuk mulai memberikan penjelasan yang simpel, rasional tapi juga sesuai pola pikir anak 10 tahun. Dan itu tidak mudah bagi kami, karena kewajiban seorang muslimah dalam agama Islam agak susah di"rasional"kan... sebab itu memang sudah kewajiban, sebagai perintah yang tertulis dalam Al-Quran dari Sang Khalik terhadap makhluk ciptaannya.
Aku pun mencoba me"rasional-rasional"kan penjelasanku agar lebih mudah dicerna si sulung. aku perhatikan anak-anak di Jerman bila punya pertanyaan memang akan mengejar pertanyaan itu sampai tuntas ke hal-hal yang menurut kita remeh, padahal kadang sulit juga mencari jawabannya :-p Sistem pendidikan dasar di sekolah sini yang ikut merangsang pola pemikiran anak-anak didiknya menjadi kritis, membuatku sebisa mungkin harus mencari cari jawaban agar si sulung merasa pe-de dengan status muslimahnya.
Hmm.. susah juga cari jawaban spontan yang pas di meja makan saat itu. Tapi akhirnya kalimat yang meluncur dari mulutku kira-kira seperti ini "Teh, kalau perempuan sudah dewasa apalagi cantik itu bikin orang suka menatapnya kan? Mama aja suka liat perempuan cantik, apalagi laki-laki? Nah, Allah menurunkan ayatnya dalam Al-Qur'an surat An-Nisaa tapi mama lupa ayat berapa, yang isinya bahwa kita perempuan itu wajib menutup rambut kita, mengkerudungkan rambutnya juga menutupi dada, maksudnya supaya menghalangi pandangan laki-laki. Dan kalau rambut kita tidak terlihat, berarti kita kan jadi terlindungi, kalau kita terlindungi jadi kan lebih aman buat diri kita sendiri... Nah kalau kita harus beten sampe 5x sehari, itu memang perintahNya, karena Allah ingin kita sebagai manusia selalu mengingatNya. Sebagai rasa syukur karena kita sudah diberikan nikmat hidup, kesehatan, umur, dan lain-lain. Terus kalo soal Arte Essen itu dilarang, kan teteh udah tahu bahwa kita orang Islam itu dilarang makan daging babi, karena babi itu haram. Mama kuatir makanan yang ada dijual-jual itu kalau tidak dibaca dulu zutaten (isi, contain) nya ada kandungan dari pig fat juga..."
Sampai disini, si sulung hanya menganggguk-angguk saja.. dia tidak bertanya lebih lanjut tentang daging haram karena sudah kami beri penjelasan sebelumnya. Tapi kemudian malah menambahkan bernada laporan bahwa kalau dia makan di mensa (kantin) sekolahnya, dia selalu memilih makanan vegetaris. Kalaupun tak ada menu utama vegetaris, dia memilih sup yang biasanya memang dibuat berbahan sayuran saja tanpa daging. Dia juga bilang "Teteh gak mau bawa wurst ke sekolah, karena gak mau teman-teman tahu bahwa teteh sebetulnya makan daging juga.." Lantas aku menimpali "Lho, kan teteh bisa bilang sama teman-temannya bahwa teteh hanya boleh makan wurst atau daging yang halal". "Wah mama, nanti teteh susah ngejelasinnya, mereka pasti gak akan mengerti...".
Ya sudahlah... aku menyerah, yang penting anak sulungku alhamdulillah cukup kuat iman tidak tergoda bila ada menu dengan menggunakan produk daging di sekolahnya. Meskipun sebetulnya menu makanan di mensa tersebut seringkali terdapat olahan daging ayam, sapi atau kalkun, tapi dia tidak memilih memakannya. Untuk hal satu ini mungkin ada pengaruh dari hobby dia yang susah makan. Ahh, akhirnya ada juga sisi positif dari anak yang susah makan :-D Thanks God! Bukannya aku senang karena dia susah makan, tapi bersyukur karena sifat selektifnya memilih makanan, termasuk daging-dagingan yang dia kurang suka kecuali ayam, maka itu bisa mengontrol dirinya sendiri untuk selalu makan daging halal. Padahal menurutku itu tentu tidak mudah buat anak usia 10 tahun yang waktu aku seusia itu rasanya apa saja kepengen dicoba hehehe.... Salut untuk teteh Kinan sayang, mama bangga padamu Nak!
**Jelang fajar, 09.09.2013**
*Wurst : Sosis
Aku pun mencoba me"rasional-rasional"kan penjelasanku agar lebih mudah dicerna si sulung. aku perhatikan anak-anak di Jerman bila punya pertanyaan memang akan mengejar pertanyaan itu sampai tuntas ke hal-hal yang menurut kita remeh, padahal kadang sulit juga mencari jawabannya :-p Sistem pendidikan dasar di sekolah sini yang ikut merangsang pola pemikiran anak-anak didiknya menjadi kritis, membuatku sebisa mungkin harus mencari cari jawaban agar si sulung merasa pe-de dengan status muslimahnya.
Hmm.. susah juga cari jawaban spontan yang pas di meja makan saat itu. Tapi akhirnya kalimat yang meluncur dari mulutku kira-kira seperti ini "Teh, kalau perempuan sudah dewasa apalagi cantik itu bikin orang suka menatapnya kan? Mama aja suka liat perempuan cantik, apalagi laki-laki? Nah, Allah menurunkan ayatnya dalam Al-Qur'an surat An-Nisaa tapi mama lupa ayat berapa, yang isinya bahwa kita perempuan itu wajib menutup rambut kita, mengkerudungkan rambutnya juga menutupi dada, maksudnya supaya menghalangi pandangan laki-laki. Dan kalau rambut kita tidak terlihat, berarti kita kan jadi terlindungi, kalau kita terlindungi jadi kan lebih aman buat diri kita sendiri... Nah kalau kita harus beten sampe 5x sehari, itu memang perintahNya, karena Allah ingin kita sebagai manusia selalu mengingatNya. Sebagai rasa syukur karena kita sudah diberikan nikmat hidup, kesehatan, umur, dan lain-lain. Terus kalo soal Arte Essen itu dilarang, kan teteh udah tahu bahwa kita orang Islam itu dilarang makan daging babi, karena babi itu haram. Mama kuatir makanan yang ada dijual-jual itu kalau tidak dibaca dulu zutaten (isi, contain) nya ada kandungan dari pig fat juga..."
Sampai disini, si sulung hanya menganggguk-angguk saja.. dia tidak bertanya lebih lanjut tentang daging haram karena sudah kami beri penjelasan sebelumnya. Tapi kemudian malah menambahkan bernada laporan bahwa kalau dia makan di mensa (kantin) sekolahnya, dia selalu memilih makanan vegetaris. Kalaupun tak ada menu utama vegetaris, dia memilih sup yang biasanya memang dibuat berbahan sayuran saja tanpa daging. Dia juga bilang "Teteh gak mau bawa wurst ke sekolah, karena gak mau teman-teman tahu bahwa teteh sebetulnya makan daging juga.." Lantas aku menimpali "Lho, kan teteh bisa bilang sama teman-temannya bahwa teteh hanya boleh makan wurst atau daging yang halal". "Wah mama, nanti teteh susah ngejelasinnya, mereka pasti gak akan mengerti...".
Ya sudahlah... aku menyerah, yang penting anak sulungku alhamdulillah cukup kuat iman tidak tergoda bila ada menu dengan menggunakan produk daging di sekolahnya. Meskipun sebetulnya menu makanan di mensa tersebut seringkali terdapat olahan daging ayam, sapi atau kalkun, tapi dia tidak memilih memakannya. Untuk hal satu ini mungkin ada pengaruh dari hobby dia yang susah makan. Ahh, akhirnya ada juga sisi positif dari anak yang susah makan :-D Thanks God! Bukannya aku senang karena dia susah makan, tapi bersyukur karena sifat selektifnya memilih makanan, termasuk daging-dagingan yang dia kurang suka kecuali ayam, maka itu bisa mengontrol dirinya sendiri untuk selalu makan daging halal. Padahal menurutku itu tentu tidak mudah buat anak usia 10 tahun yang waktu aku seusia itu rasanya apa saja kepengen dicoba hehehe.... Salut untuk teteh Kinan sayang, mama bangga padamu Nak!
**Jelang fajar, 09.09.2013**
*Wurst : Sosis
Wednesday, January 23, 2013
Germknödel Saus Vanila
Terbersit ingin mencoba resep Germknödel Saus Vanila gara-gara makanan ini saya upload fotonya di akun facebook. Ternyata beberapa teman antusias ingin tahu, " Koq ada roti direbus?" Malah beberapa meminta resepnya. Padahal saya sendiri pun tidak tahu bagaimana cara membuatnya hehehe... karena memakan yang ada dalam foto yang saya upload pada tahun 2010 itu pun baru pertama kalinya, direkomendasikan oleh seorang teman. Selain itu, saya sendiri juga kangen dan ingin merasakan kembali makanannya. Dan seperti biasa, mulailah bergoogling ria dan mencari yang kira-kira paling pas dengan penampakan dan rasa aslinya. Sebetulnya si Germknödel alias bakpao rebus -saya istilahkan demikian saja- ada juga dijual di supermarket dalam bentuk beku, namun entah mengapa sampai sekarang saya belum pernah mencobanya :-p
Nama aslinya sebetulnya agak rumit untuk lidah orang Indonesia, Germknödel mit Himbeere und Vanilasoße. Untuk memudahkan saya tuliskan saja dalam versi Indonesia, Germknödel Saus Vanila, karena memang disantap dengan semacam vla rasa vanila dan isi dalam germknödelnya sendiri bisa apa saja, himbeere, erdbeer atau johanesbeere, ananas dll. sesuai selera. Nah kebetulan yang saya makan dulu isinya himbeere (raspberry) maka jadilah namanya diembel-embeli "...mit Himbeere"
Diperkenalkan dengan makanan asli Austria ini persis 3 tahun lalu oleh teman Jerman yang berasal dari Bayern saat kami berlibur akhir tahun 2009, ke Lechtal dan sekitarnya, salah satu lokasi favorit bagi para pecinta ski di kawasan pegunungan Alpen, di Tirol, Austria. Kami menemukannya di restoran sebuah hotel bernama Berghotel Körbersee, satu-satunya hotel yang berada di kawasan nan indah dikelililngi pegunungan Alpen dengan danau terhampar dihadapannya. Katanya itu makanan khas Austria, karena dari namanya "germ" yang menggunakan bahasa Jerman versi Austria yang berarti ragi atau fermipan. Di Jerman sendiri, ragi lebih populer dengan sebutan hefe. Germknödel disajikan hangat-hangat dan cukup mengeyangkan, makanan ini pas sekali dimakan saat udara dingin apalagi ketika winter. Hmmm... kira2 begini tampang Germknödel yang disajikan di Körbersee itu :
Berikut ini adalah resepnya, yang saya kutip dari situs www.chefkoch.de dalam versi bahasa Jerman, namun saya tambahkan lagi atau sesuai selera, kedalam bahasa Indonesia.
B a h a n :
Untuk membuat knödel :
Terigu, garam, telur dan gula pasir dicampur ke dalam mangkuk atau baskom kecil. Susu hangat kuku dan fermipan dicampurkan, aduk sampai merata dan kemudian campurkan dengan adonan campuran terigu tadi. Diadon atau diuleni sampai kalis dan tidak melengket di tangan, bila perlu bisa ditambahkan lagi dengan sedikit demi sedikit terigu tapi jangan terlalu banyak agar adonannya tidak mengeras. Biarkan adonan minimal 1 jam dan mengembang sampai kurang lebih 2x lipat adonan semula.
Bagi adonan kedalam 4 bulatan, sisihkan diatas talenan atau tempat datar, dipipihkan merata sampai diameter sekitar 10-14 cm. Isi masing-masing dengan 1 sdm selai di bagian tengahnya, lalu bentuk membulat (seperti bakpao) dengan ketebalan adonan cukup merata dan rapat kembali, agar tidak retak dan selai keluar saat direbus. Biarkan knödel diatas talenan atau tempat datar sambil ditutup kain lap yang lembab selama 10 menit.
Siapkan panci besar, isi dengan air secukupnya dan beri sedikit garam. Setelah air mendidih, masukan germknödel dan panci ditutup dan dimasak selama 20 menit. Selama merebus itu tutup panci tidak boleh dibuka agar knödel satu sama lain tidak saling menempel. Setelah 20 menit angkat, tiriskan. Bisa juga langsung disajikan hangat hangat berikut saus vanilla.
Catatan : Lebih baik lagi bila merebusnya dengan penutup panci berkaca sehingga memudahkan kita melihatnya tanpa membuka tutup panci.
**************
So, ini looh Germknödel hasil saya praktek tampangnya begini... Bikin adonan sore hari dan dihidangkan makan malam jadilah difoto seadanya tanpa lighting yang oke!
Hmmm.. kenapa jauh bangett yaa dari tampilan yang diatas? Hihihi... saya pun agak kecewa dengan hasilnya karena permukaan sang germknödel tidaklah mulus seperti dalam foto diatas.
Belakangan saya cukup terhibur, selidik punya selidik, germknödel rebusan tidak umum disajikan di restaurant, atau dimana yang menjual makanan tersebut. Karena kerumitan proses membuat dengan cara direbus, maka untuk memudahkan dan menambah cantik penampilan si germknödel saat dihidangkan, sang germknödel pun dibuat dengan cara dikukus. Itu katanya orang Jerman sendiri lhoo! Soo... bener-bener mirip bakpao isi selai lah yaaa, tapi tampak keren karena dihidangkan dengan vla :-)))
Diperkenalkan dengan makanan asli Austria ini persis 3 tahun lalu oleh teman Jerman yang berasal dari Bayern saat kami berlibur akhir tahun 2009, ke Lechtal dan sekitarnya, salah satu lokasi favorit bagi para pecinta ski di kawasan pegunungan Alpen, di Tirol, Austria. Kami menemukannya di restoran sebuah hotel bernama Berghotel Körbersee, satu-satunya hotel yang berada di kawasan nan indah dikelililngi pegunungan Alpen dengan danau terhampar dihadapannya. Katanya itu makanan khas Austria, karena dari namanya "germ" yang menggunakan bahasa Jerman versi Austria yang berarti ragi atau fermipan. Di Jerman sendiri, ragi lebih populer dengan sebutan hefe. Germknödel disajikan hangat-hangat dan cukup mengeyangkan, makanan ini pas sekali dimakan saat udara dingin apalagi ketika winter. Hmmm... kira2 begini tampang Germknödel yang disajikan di Körbersee itu :
Berikut ini adalah resepnya, yang saya kutip dari situs www.chefkoch.de dalam versi bahasa Jerman, namun saya tambahkan lagi atau sesuai selera, kedalam bahasa Indonesia.
B a h a n :
Untuk membuat knödel :
Terigu, garam, telur dan gula pasir dicampur ke dalam mangkuk atau baskom kecil. Susu hangat kuku dan fermipan dicampurkan, aduk sampai merata dan kemudian campurkan dengan adonan campuran terigu tadi. Diadon atau diuleni sampai kalis dan tidak melengket di tangan, bila perlu bisa ditambahkan lagi dengan sedikit demi sedikit terigu tapi jangan terlalu banyak agar adonannya tidak mengeras. Biarkan adonan minimal 1 jam dan mengembang sampai kurang lebih 2x lipat adonan semula.
Bagi adonan kedalam 4 bulatan, sisihkan diatas talenan atau tempat datar, dipipihkan merata sampai diameter sekitar 10-14 cm. Isi masing-masing dengan 1 sdm selai di bagian tengahnya, lalu bentuk membulat (seperti bakpao) dengan ketebalan adonan cukup merata dan rapat kembali, agar tidak retak dan selai keluar saat direbus. Biarkan knödel diatas talenan atau tempat datar sambil ditutup kain lap yang lembab selama 10 menit.
Siapkan panci besar, isi dengan air secukupnya dan beri sedikit garam. Setelah air mendidih, masukan germknödel dan panci ditutup dan dimasak selama 20 menit. Selama merebus itu tutup panci tidak boleh dibuka agar knödel satu sama lain tidak saling menempel. Setelah 20 menit angkat, tiriskan. Bisa juga langsung disajikan hangat hangat berikut saus vanilla.
Catatan : Lebih baik lagi bila merebusnya dengan penutup panci berkaca sehingga memudahkan kita melihatnya tanpa membuka tutup panci.
**************
So, ini looh Germknödel hasil saya praktek tampangnya begini... Bikin adonan sore hari dan dihidangkan makan malam jadilah difoto seadanya tanpa lighting yang oke!
Hmmm.. kenapa jauh bangett yaa dari tampilan yang diatas? Hihihi... saya pun agak kecewa dengan hasilnya karena permukaan sang germknödel tidaklah mulus seperti dalam foto diatas.
Belakangan saya cukup terhibur, selidik punya selidik, germknödel rebusan tidak umum disajikan di restaurant, atau dimana yang menjual makanan tersebut. Karena kerumitan proses membuat dengan cara direbus, maka untuk memudahkan dan menambah cantik penampilan si germknödel saat dihidangkan, sang germknödel pun dibuat dengan cara dikukus. Itu katanya orang Jerman sendiri lhoo! Soo... bener-bener mirip bakpao isi selai lah yaaa, tapi tampak keren karena dihidangkan dengan vla :-)))
Di foto malam hari, hasilnya parah banget hehee... |
Subscribe to:
Posts (Atom)