Orang tua Merupakan sosok yang sangat penting dan berpengaruh dalam kehidupan seorang anak, baik tingkah laku orang tua maupun ucapan orang.
Terkadang, permasalahan di kantor, konflik dengan suami, atau
permasalahan keluarga malah membuat Anda kesal ketika berhadapan dengan
sikap anak yang kurang menyenangkan.
Apalagi jika si kecil meminta macam-macam kepada Anda, sehingga tidak menutup kemungkinan Anda mengucapkan kata-kata yang seharusnya tidak boleh diucapkan ke buah hati tercinta. Tentu saja, hal tersebut akan meninggalkan luka tersendiri bagi anak Anda.
Berikut sembilan hal yang sebaiknya jangan diucapkan orangtua kepada buah hatinya seperti dilansir Parenting :
1. "Pergi! Mama ingin sendiri dulu"
Ketika Anda mengatakan kalimat ini kepada si kecil, Suzette
Haden Elgin, Ph.D., pendiri Ozark Center for Language Studies mengatakan
bahwa anak akan menginternalisasi kalimat tersebut dan berpikir tidak
ada gunanya untuk berusaha berbicara kepada Anda karena mereka selalu
diusir. Selain itu, jika Anda terbiasa mengatakan hal ini kepada anak,
ketika dewasa ia akan terbiasa pula mengatakan hal yang sama kepada
orang lain.
Ketimbang mengucapkan kalimat di atas, ketika Anda memang
sibuk coba katakan pada anak, "ada yang ibu harus kerjakan dan
selesaikan, jadi ibu ingin kamu menggambar dulu sendiri ya beberapa
menit. Kalau ibu sudah selesai, ibu akan menyusul". Anda juga harus
realistis, anak-anak yang berusia balita dan pre school tidak bisa
membuat diri mereka sendiri tenang selama beberapa jam.
Memberikan label adalah jalan pintas untuk mengubah anak-anak.
Jika Anda mengatakan "kamu itu memang pemalas," maka ia akan ikut
melabeli dirinya secara tidak langsung dan menganggap dirinya memang
pemalas dan tidak ada yang dapat diubah. Jika kita memberikan label yang
buruk kepada anak seperti bodoh, nakal, dan sebagainya, maka hal
tersebut akan terus melekat dan bisa saja menjadi identitas dirinya yang
ia internalisasi hingga dewasa.
Sebaliknya, jika Anda mengatakan "kamu anak yang pintar," ia akan
mengira Anda memiliki ekspektasi yang besar untuknya dan hal tersebut
tentu saja dapat menjadi suatu beban tersendiri baginya. Jika Anda ingin
untuk mengubah tingkah laku si kecil, lebih baik katakan secara jelas
dan spesifik apa yang sebaiknya ia lakukan dan apa yang sebaiknya tidak
ia lakukan tanpa memberi label untuknya.
3. "Jangan menangis"
"Jangan sedih!," atau "jangan seperti anak kecil" merupakan variasi
lain dari kalimat di atas. Jika Anda perhatikan, anak-anak belum bisa
menyalurkan emosinya melalui kata-kata. Mereka tertawa ketika mereka
senang, dan sudah pasti mereka menangis jika mereka sedih. Hal tersebut
merupakan hal yang lumrah.
"Sebenarnya, wajar bila orang tua tidak ingin anaknya merasa sedih
atau menangis. Tetapi, dengan mengatakan "jangan" dan "tidak" kepada
anak tidak akan membuat anak tersebut merasa lebih baik. Bahkan, hal
tersebut akan menimbulkan kesan bahwa emosi mereka tidak benar dan tidak
baik untuk merasa sedih atau takut," kata Debbie Glasser, Ph.D.,
direktur dari Family Support Services di Nova Southeastern University,
Florida, Amerika Serikat.
Daripada Anda memintanya jangan menangis, cobalah pahami emosi
atau kesedihannya. "Ibu tahu kamu takut sekolah tidak ditemani ibu. Tapi
di sana ada ibu guru yang bisa jadi pengganti ibu sebentar dan ada
teman-teman kamu. Kalau kamu masih takut, ibu selalu ada di luar dan
kamu bisa bertemu aku kapanpun kamu mau. Ibu janji nggak akan ninggalin
kamu sendirian".
Dengan memahami kesedihannya, Anda bisa memberinya contoh
bagaimana mengekspreksikan perasaannya. Anda juga menunjukkan padanya
bagaimana bersikap empati. Di kemudian hari, anak pun jadi tidak lagi
terlalu sering menangis dan bisa mengekspreksikan kesedihannya.
4. "Kenapa kamu tidak seperti dia?"
Wajar bagi orang tua untuk membanding-bandingkan si kakak dengan
si adik, atau membandingkan anak dengan temannya yang lain. Tapi,
membanding-bandingkan anak Anda bukanlah cara yang efektif untuk
mengubah perilakunya. Anak memiliki fase tersendiri untuk belajar,
memiliki temperamennya masing-masing, juga kepribadiannya yang pasti
berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Membandingkan anak Anda akan menyiratkan bahwa Anda ingin ia
tidak menjadi dirinya sendiri dan hal tersebut justru malah akan
menyakiti hatinya. Selain itu, membanding-bandingkan anak juga dapat
merusak kepercayaan dirinya. Lebih baik, berikan apresiasi dan pujian
atas tingkah lakunya yang Anda sukai agar dapat mendorongnya untuk
melakukan hal tersebut kembali.
5. "Lho, hanya begini hasilnya?"
Sama seperti membanding-bandingkan, anak Anda juga pasti akan
tersakiti hatinya jika Anda mengatakan kalimat tersebut kepadanya.
Belajar adalah suatu proses untuk mencoba dan melakukan kesalahan hingga
anak Anda akhirnya berhasil untuk menguasai suatu hal. Kalimat ini
tidak akan menyemangatinya untuk terus menguasai hal tersebut, malah
hanya akan menyakitinya dan membuatnya malas untuk kembali belajar.
Jika anak Anda terus melakukan kesalahan, memberikan semangat
dengan berkata "sepertinya akan lebih baik jika kamu menyelesaikannya
dengan cara seperti ini," akan lebih memotivasinya dibandingkan dengan
terus mengejeknya.
6. "Berhenti, atau..."
Kalimat di atas merupakan salah satu bentuk ancaman. Jika Anda
sering mengatakan ini kepada anak, cepat atau lambat ancaman ini tidak
akan berpengaruh lagi terhadap anak dan bahkan anak akan menganggap
ancaman sebagai suatu hal yang biasa. "Hasil riset menunjukkan bahwa,
80% anak dua tahun akan mengulangi kesalahan yang sama yang dilakukannya
hari ini, keesokan harinya, tak peduli disiplin seperti apa yang Anda
terapkan," kata Murray Straus, Ph.D., seorang sosiolog di University of
New Hampshire.
Jadi sebaiknya Anda tidak lagi memberinya ancaman. Akan lebih
efektif untuk menerapkan taktik misalnya memberikan anak arahan yang
sama, menjauhkan anak dari situasi serupa atau memberinya time-out.
7. "Tunggu sampai Mama pulang ke rumah!"
Ini adalah salah satu bentuk lain dari ancaman. Akan tetapi,
ancaman seperti ini akan lebih tidak efektif karena jika anak melakukan
suatu kesalahan, sebaiknya Anda menanganinya secara langsung dan secepat
mungkin sehingga tidak ada penundaan. Selain itu, bisa jadi setelah
Anda pulang, anak Anda telah melupakan kesalahannya. Hal lain yang
membuat ancaman tersebut kurang efektif adalah anak Anda yang akan lebih
berfokus kepada cara untuk mencegah hukuman daripada fokus terhadap
tingkah lakunya yang salah apabila Anda melakukan penundaan dalam
menangani tingkah lakunya.
8. "Ayo, cepat!"
Anda pasti akan merasa stres saat terlambat bangun pagi,
jalanan macet, kurang tidur, atau memiliki banyak pekerjaan di kantor
yang harus Anda selesaikan segera. Anda pun kemudian meminta si kecil
untuk buru-buru agar Anda tidak terlambat. Jika Anda kerapkali mengeluh,
mendesah, atau bahkan merengek agar anak buru-buru sebaiknya Anda perlu
berhati-hati. Hal tersebut cenderung menimbulkan perasaan bersalah pada
anak, akan tetapi tidak membuat mereka termotivasi untuk bergerak lebih
cepat.
9. "Hebat! atau "anak baik!"
Memang, tidak ada salahnya untuk memuji anak Anda. Tapi
kesalahan dari suatu pujian adalah ketika pujian berlebihan diberikan
untuk tingkah laku anak yang biasa saja. Misalnya, kalimat seperti "wah,
kamu sangat hebat!," dilontarkan kepada anak yang telah terbiasa
menghabiskan susunya setiap hari, akan menjadi kurang berarti.
Anak-anak dapat membedakan mana pujian yang dilontarkan untuk
sesuatu yang sederhana, dan pujian untuk suatu tingkah lakunya yang
memerlukan usaha lebih. Lebih baik, berikan pujian untuk usaha keras
yang telah anak Anda lakukan seperti menyelesaikan pekerjaan rumah yang
sulit, atau pada hal yang jarang anak Anda lakukan tetapi sekarang ia
berhasil melakukannya. Pujian yang spesifik membuat anak lebih
termotivasi untuk melakukan tingkah laku tersebut.
No comments:
Post a Comment